hemm

Jumat, 18 Oktober 2013

Tugas Softskill 2 Bahasa Indonesia

SORE DI BUS KOTA

Kala itu hujan sedang turun, aku duduk di bus yang sudah usang, namun penuh sesak dengan orang yang menumpang. Sebenarnya bus ini sudah tak layak untuk digunakan. Bangku yang sudah rusak, besi yang berkarat, pijakan yang sudah bolong, pokoknya bahaya. Tapi apalah daya, hanya ini angkutan masal yang murah, yang dapat di jangkau oleh semua kalangan.
“Ah, apa ini?”, aku terkaget ketika ada air hujan yang masuk dari celah-celah jendela bus. “Parah”, gumam ku “kenapa gini banget sih bis di Jakarta, bener-bener gak pantas buat ngangkut orang”. Sayangnya aku hanya bisa mengeluh tanpa bisa berbuat apa-apa untuk membuat transportasi jadi lebih baik. Rasa kesal ku akan bus butut ini teralihkan oleh dua orang pengamen yang memaksa masuk walaupun sudah sangat penuh. Salah seorang pengamen membawa Gendang, dan satunya lagi membawa gitar. Mereka mulai menyanyikan lagu rohani lalu di lanjutkan dengan lagu tentang kehidupan. Setelah selesai bernyanyi mereka langsung berjalan untuk meminta uang. Karena tak ada uang receh dan rasanya sayang untuk memberi 2000 rupiah, jadi aku tidak memberi uang kepada pengamen itu. Setelah beberapa saat mereka selesai meminta uang, terdengar di kupingku pengamen itu mengumpat kami yang ada di dalam bus dengan kata kotor, entah karena tidak ada atau hanya sedikit yang memberi. “Ya ampun, bertolak belakang banget sama lagu yang di nyanyiin. Ga nyangka”, ucap ku karena sangat kaget mendengarnya.
Sudah 30 menit aku di dalam bus yang padat ini, namun masih jauh dari tujuan. Macet, satu kata yang sudah pasti menjadi alasan mengapa sampai setengah jam aku masih terjebak. Setidaknya bus tidak terlalu panas dan gerah karena di luar masih hujan, ya, hanya itu yang bagus dari suasana seperti ini. Perlahan bus mulai bergerak, pelan, sedikit demi sedikit, lalu berhenti lagi. ‘Haaaaaaaaaaaaaaaaah! Kapan aku sampai kalau seperti ini terus??!!”, teriak ku dalam hati. Wajar saja jika macet, saat ini adalah waktunya pulang kantor. Jadi semua orang pasti juga langsung membawa kendaraan mereka agar bisa cepat berada di rumah.
“Ah, akhirnya! Sampai juga di rumah”, ucap ku senang. “Hari ini melelahkan, di kampus saja sudah sangat cape, di tambah perjalanan yang lama dan sumpek, semoga hari ini tidak setiap hari”. Kadang aku berfikir, bagaimana mental pekerja yang terjebak macet setiap hari, berjam-jam, pegal, dan kegerahan. Aku kenal seseorang yang menjadi korban dari kemacetan. Ia sempat stress sampai berhenti bekerja dan pindah dari Jakarta. Itu semua karena macet, sungguh berbahaya macet itu. Apalagi untuk para penumpang transpotasi umum, kendaraan disini sangat tidak nyaman, makin membuat pusing.
“Buat seneng aja deh, nanti jadi stress lagi, hehehe”, aku berusaha untuk tetap mensyukuri apa yang aku alami hari ini. Aku segera mandi dan bergegas untuk tidur. Bersiap menghadapi hari esok yang kemungkinan akan sama dengan hari ini. Tapi, semua tetap ada hikmahnya kan?


YOHANNA SEPTANIA MD
27211556

3EB09