hemm

Senin, 05 Maret 2012

BAIK BURUK PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

Perekonomian di suatu negara berbeda-beda. Seperti Amerika yang merupakan bagian dari negara maju, Jepang yang bagian negara industri, dan Indonesia sendiri yang masih dalam tahap berkembang. Di negara kita yang tercinta ini, banyak sekali manis pahit masalah perekonomian yg selalu menjadi topic utama di berita-berita, terutama KORUPSI. Tindakan criminal yang sangat merugikan rakyat dan negara. Menurut analis ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU), Jhon Tafbu Ritonga, juga mengatakan bahwa praktek korupsi yang marak terjadi di tanah air sangat berdampak buruk bagi kemajuan ekonomi.  Dan jika saja tidak ada praktek maupun skandal korupsi, pastilah ekonomi kita lebih maju dari sekarang. “Saya yakin perekonomian di Indonesia akan tumbuh, setidaknya 6 persennya, karena penopangnya kan konsumsi swasta, investasi swasta dan ekspor.” Ujar Jhon Tafbu Ritonga. Namun, dirinya yakin dan optimis perekonomian di Indonesia akan tetap tumbuh, karena negeri ini adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan rakyatnya yang baik-baik.

Selain itu, permasalahan infrastruktur, pendidikan, dan pendapatan yang rendah juga merupakan masalah utama negri ini. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk  mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi selanjutnya. Pembangunan infrastruktur suatu negara harus sejalan dengan kondisi makro ekonomi negara yang bersangkutan. Dalam 30 tahun terakhir ditengarai pembangunan ekonomi Indonesia tertinggal akibat lemahnya pembangunan infrastruktur. Menurunnya pembangunan infrastruktur yang ada di Indonesia dapat dilihat dari pengeluaran pembangunan infrastruktur yang terus menurun dari 5,3% terhadap GDP (Gross Domestic Product) tahun 1993/1994 menjadi sekitar 2,3% (2005 hingga sekarang). Padahal, dalam kondisi normal, pengeluaran pembangunan untuk infrastruktur bagi negara berkembang adalah sekitar 5-6 % dari GDP. Krisis ekonomi 1997-1998 membuat kondisi infrastruktur di Indonesia menjadi sangat buruk. Bukan saja pada saat krisis, banyak proyek-proyek infrastruktur baik yang didanai oleh swasta maupun dari APBN ditangguhkan, tetapi setelah krisis, pengeluaran pemerintah pusat untuk pembangunan infrastruktur berkurang drastis. Secara total, porsi dari APBN untuk sektor ini telah turun sekitar 80% dari tingkat pra-krisis. Pada tahun 1994, pemerintah pusat membelanjakan hampir 14 milyar dolar AS untuk pembangunan, 57% diantaranya untuk infrastruktur. Pada tahun 2002 pengeluaran pembangunan menjadi jauh lebih sedikit yakni kurang dari 5 milyar dolar AS, dan hanya 30%-nya untuk infrastruktur.


Namun tidak semua buruk, contohnya Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan ketiga 2011 ini sebesar 6,5 persen. Sementara, pertumbuhan ekonomi triwulan III 2011 dibandingkan triwulan II 2011 (q to q) sebesar 3,5 persen dan produk domestik bruto (PDB) Rp 1.923,6 triliun pada triwulan III.

Meski mengalami perlambatan, pertumbuhan ekonomi triwulan III sama dengan triwulan sebelumnya. "Kita tumbuh, tapi tumbuhnya lambat. Masih ada perlambatan," kata Slamet Sutomo, deputi kepala Badan Pusat Statistik (BPS). Hal itu tidak terlepas dari perlambatan ekonomi global. Dia mengatakan, pasar domestik terpengaruh dari kondisi itu sehingga terjadi perlambatan.

Pertumbuhan ekonomi q to q tertinggi berada di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebesar lima persen. Diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 4,4 persen, kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi 3,6 persen.

Pertumbuhan ekonomi year on year (yoy) tertinggi berada di sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 10,1 persen. Diikuti pengangkutan dan komunikasi 9,5 persen, kemudian sektor lainnya adalah sektor jasa sebsar 7,8 persen.

Pertumbuhan ekonomi triwulan III ini tidak berbeda dengan triwulan I dan II. Bedanya, sektor pertanian pada triwulan II 2011 tumbuh 3,7 persen setelah pada triwulan I 2011 meningkat 18,3 persen. Pertumbuhan triwulan II didorong subsektor tanaman perkebunan musiman yang tumbuh sebesar 58,9 persen.

Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal melambat pada kuartal IV tahun ini. Konsensus prognosis memprediksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal terakhir tahun ini hanya sekitar 6,3 persen. Pertumbuhan ekonomi kuartal keempat ini sudah memperhitungkan realisasi belanja negara pada akhir tahun yang diperkirakan membeludak. Kalau pada 2010 lalu dari kuartal III ke kuartal IV (pertumbuhan) belanja pemerintah sebesar lima persen, 2011 diperkirakan delapan persen. Kalau secara yoy, spending pemerintah sudah naik lima persen.

Prediksi angka pertumbuhan kuartal IV ini lebih rendah dibandingkan kuartal III tahun ini. Pada periode Juli-September lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,5 persen. Ramalan itu juga lebih kecil bila dibandingkan angka pertumbuhan pada kuartal yang sama tahun lalu yang sebesar 6,9 persen.

Meski mengalami perlambatan, perekonomian Indonesia masih lebih baik ketimbang negara tetangga. Negara lain juga mengalami perlambatan dan bahkan lebih buruk. Contohnya, Malaysia awalnya mematok pertumbuhan ekonomi 5,2 persen tahun ini, tapi pada kuartal III kemarin ekonomi Malaysia hanya mampu tumbuh sekitar 4,8-5 persen. Filipina juga mungkin akan merevisi turun target pertumbuhannya pada 2011 yang sebesar 4,7 persen karena pada kuartal III hanya tumbuh empat persen.

Bank Indonesia juga optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih bisa mencapai 6,5 persen. Pasalnya, meski ada perlambatan, ekspor dan arus investasi masih cukup tinggi. Bahkan, BI memperkirakan pada kuartal IV tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh 6,6 persen.

Pertumbuhan ekonomi kuartal IV ditopang oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Peningkatan kinerja industri pengolahan juga mendukung pertumbuhan pada kuartal IV. Selain itu, motor penggerak ekonomi lainnya, seperti investasi, konsumsi masyarakat, dan belanja pemerintah, bisa sedikit menopang perlambatan kinerja ekspor.

Pengaruh gejolak ekonomi global baru akan terasa di Indonesia pada tahun depan. Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada 2012 diperkirakan berada pada kisaran 6,3-6,7 persen. Hanya saja, BI mengakui jika terjadi perlambatan ekonomi global, bisa jadi pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya sekitar 6,3-6,5 persen. Karena itu, dengan upaya pemerintah (dalam mendorong belanja), mudah-mudahan bisa mencapai 6,7 persen.

Yang tentu mampu menyokong pertumbuhan adalah kondisi fundamental yang membaik. Itu ditunjukkan dengan cadangan devisa yang meningkat, rasio utang yang aman, Surat Berharga Negara cukup dalam dan efisien, serta investasi baik dalam bentuk portofolio maupun foreign direct investment (FDI), yang menggeliat.


Dikutip dari:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar